Sabtu, 04 Februari 2017

Praktikum di PTPN VI Jambi



LAPORAN  PRAKTIKUM
INTEGRASI PETERNAKAN
Kunjungan Praktikum di PT Perkebunan Nusantara VI Jambi (Persero)

unja.jpg


OLEH
AULYA RAHMAWATI
E10014001
A

                  




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
PRAKATA

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan juga atas rahmat dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Pratikum di PT Perkebunan Nusantara VI Jambi (Persero). Laporan ini dibuat untuk menyelesaikan tugas praktikum mata kuliah integrasi peterakan semester 5. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak  yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil sehingga laporan ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari di dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, serta ada kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal penyajian. Untuk itu harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan laporan selanjutnya kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan  laporan  ini  ialah mudah- mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta pembaca yang ingin mengambil atau  menyempurnakan lagi, sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Jambi,    Desember  2016

Penulis



DAFTAR ISI

Halaman


DAFTAR TABEL





DAFTAR GAMBAR




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk-produk peternakan khususnya pada daging sapi menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi akan protein hewani semakin meningkat. Namun tingginya permintaan tersebut belum bisa diimbangi dengan peningkatan populasi sapi potong. Laju peningkatan populasi sapi potong menurut Dirjen peternakan pada tahun 2008 hanya sekitar 6%, sedangkan kebutuhan masyarakat tehadap daging sapi meningkat dengan pesat. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya kesenjangan antara permintaan dan penawaran (Erlangga 2012).
Proyek ternak sapi yang dikembangkan oleh PTPN-VI merupakan bagian dari program Kementerian BUMN dalam rangka mendukung Program Swasebada Daging Nasional pada tahun 2014, dimana Kementerian BUMN mencanangkan Program SaSa (Integrasi Sapi-Sawit) dengan target 100.000 ekor sapi pada tahun 2012. Dahlan Iskan selaku Menteri BUMN telah menugaskan BUMN Perkebunan sebanyak 11 perusahaan yang mempunyai kebun kelapa sawit untuk beternak sapi. Dengan surat No. S- 240/MBU/2012 tanggal 9 Mei 2012 setiap BUMN diberikan alokasi jumlah ternak, yaitu PTPN I-VIII, XIII, XIV dan PT RNI masing sebanyak 3.000, 5.000, 15.000, 15.000, 12.000, 10.000, 10.000, 5.000, 10.000, 5.000 dan 10.000. Total seluruhnya ada 100.000 ekor sapi pada tahun 2012. Dahlan Iskan bahkan mengharapkan jumlah ini akan terus bertambah seiring waktu. Namun demikian, program SaSa harus dilaksanakan dengan mekanisme korporasi dan menjadi profit-centre di masing-masing PTPN.
Integrasi kelapa sawit – sapi seperti di PT Perkebunan Nusantara VI  Jambi – Sumatera Barat ini dikembangkan dengan pendekatan Low External Input. System of Agriculture (LEISA) dimana terjadi ketergantungan antara kegiatan tanaman dan ternak, terjadi daur ulang optimal dari sumberdaya lokal yang tersedia, sehingga limbah kebun kelapa sawit dan limbah pengolahan kelapa sawit berpeluang untuk digunakan sebagai pakan ternak, sementara limbah ternak dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk tanaman kelapa sawit (Umar, 2009).
Pakan ternak untuk ternak sapi terdiri dari pakan hijauan, konsentrat dan suplemen (BPTP Sumbar, 2010). Hijauan adalah pakan utama bagi sapi yang berasal dari rumputrumputan maupun campuran rumput dan tanaman legume. Menurut Hanusi (2005), tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan limbah berupa daun pelepah kelapa sawit yang didapat waktu panen TBS. Pengembangan sistem integrasi sawit- sapi bertujuan untuk: 1) mendukung upaya peningkatan kandungan bahan organik lahan pertanian melalui penyediaan pupuk organik yang memadai, 2) mendukung upaya peningkatan produktivitas tanaman, 3) mendukung upaya peningkatan populasi ternak sapi dan produksi daging, serta 4) meningkatkan pendapatan petani atau pelaku pertanian (Suryana, 2009). Melalui kegiatan ini, produktivitas tanaman maupun ternak menjadi lebih baik. Maka dari itu perlu dilakukan kunjungan ke PTPN VI Jambi untuk menambah wawasan dalam hal intergrasi sapi-sawit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam makalah laporan ini adalah bagaimana sistem penggemukan dan pembibitan di PTPN VI Jambi, bagaimana formulasi ransum untuk ternak sapi yang di gemukan, dan bagaimana pengolahan kompos dari kotoran sapi yang dihasilkan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk (1) mengetahui potensi perkebunan kelapa sawit dalam penyediaan pakan ternak (2) mengetahui manfaat yang diperoleh dari ternak sapi terhadap perkebunan sawit (3) mengkaji potensi integrasi sawit – sapi dalam mendukung pertanian berkelanjutan.
Tulisan ini merupakan hasil pemikiran dan review tentang potensi perkebunan sawit dan pengembangan ternak sapi yang dapat dilakukan melalui integrasi sawit sapi di PTPN VI Jambi, sebagai pendukung pertanian berkelanjutan yang dikumpulkan melalui studi pustaka, pengamatan secara langsung di lapangan serta pengumpulan data sekunder dari instansi terkait. Sehingga, dapat di gunakan sebagai referensi untuk para pembaca dalam membangun usaha di bidang peternakan.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Sapi
Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik (Hardjosubroto, 1994).
Bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi yaitu Phylum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, Class: Mamalia, Ordo: Artodactyla, Sub ordo: Ruminantia. Famili : Bovidae, Genus: Bos, Spesies: Bos Indicus (Williamson and payne, 1993).
Sapi potong memiliki beberapa kelebihan bila ditinjau dari nilai ekonomi dan pemanfaatannya yaitu pada umumnya masyarakat lebih menyukai daging Sapi dibanding daging ternak lainnya (kambing, domba, kerbau), Sapi banyak digunakan pada budaya masyarakat, misalnya sebagai ternak qurban, sebagai ternak karapan (di madura), sebagai ukuran penentu tingkat kesejahteraan sosial manusia dalam masyarakat, Sapi sebagai salah satu bentuk tabungan masyarakat yang mudah dijual apabila terdesak membutuhkan uang yang cepat. Kotoran sapi bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (biogas). Usaha sapi juga membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat membuka lapangan kerja yang dapat menghidupi banyak keluarga (Sugeng, 1996).
Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung, dan semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh lainnya. Pada umumnya pertumbuhan pada ternak mamalia dapat dibagi dalam dua periode utama, yaitu pre-natal dan post-natal. Pre-natal yaitu pertumbuhan yang berlangsung antara waktu ovum dibuahi sampai anak lahir, sedangkan post-natal yaitu pertumbuhan setelah lahir (Anggorodi, 1990). Menurut Tillman et al., (1993) pertumbuhan adalah kenaikan bobot badan dengan melakukan pengukuran berulang-ulang dan dinyatakan dengan pertambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap satuan waktu lainnya.
Dalam pertumbuhan seekor ternak ada dua hal yang terjadi yaitu: Pertumbuhan yaitu bobot badan meningkat sampai mencapai bobot badan dewasa, sedangkan perkembangan yaitu terjadi perubahan konformasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi dan kemampuannya untuk melakukan pertumbuhan yang optimal.
Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S (sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah (Lawrie, 1995).
Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya. Apabila ternak belum dewasa yang digunakan dalam usaha penggemukan maka sifatnya membesarkan sekaligus memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang signifikan akan menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tillman et al, 1993). Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh tubuh ternak dimana semakin besar atau berat tubuh ternak maka semakin banyak pula pakan yang dikonsumsi oleh ternak itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Murtidjo,1993).
Sapi potong mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra, 1997).
Tingkat konsumsi bahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor ternak yaitu berat badan, umur, kondisi tubuh, serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan yaitu sifat fisik dan komponen kimia pakan (Parakkasi, 1995). Menurut Church (1986) konsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, kecernaan dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat pakan dan palatabilitas. Parakkasi (1995) menyatakan bahwa yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi pakan adalah palatabilitas, dimana palatabilitas mempengaruhi konsumsi bahan kering, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia pakan.
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, hidrolisis, dan fermentatif. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara fermentatif dilakukan oleh mikroorganisme rumen (Tillman et al, 1993).
Pencernaan adalah rangkaian proses yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan (Meynard and Loosly, 1979). Frandson (1992) menyatakan bahwa bagian-bagian dari saluran pencernaan adalah mulut, pharinks, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati, dan pankreas.
Pakan Sapi
Pakan adalah semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak (Parakkasi, 1995). Widayati dan Widalestari (1996), menyatakan bahwa pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja, melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup pokok, membentuk sel-sel baru, menggantikan sel yang rusak, dan untuk produksi.
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan (rumput dan leguminosa) dan konsentrat. Hijauan pakan merupakan pakan kasar yang terdiri dari hijauan pakan yang padat, dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan beberapa jenis leguminosa. Sedangkan konsentrat merupakan bahan pakan penguat yang terdiri dari bahan pakan yang kaya karbohidrat dan protein. Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan tersebut akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biaya relatif rendah (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Jumlah kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan setiap hari sangat tergantung pada jenis, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting, dan menyusui), kondisi ternak (normal dan sakit), bobot badan dan faktor lingkungan (Kartadisastra, 1997). Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi kebutuhan akan menyebabkan produktifitas ternak menjadi rendah yang ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat serta berat badan yang rendah (Martawidjaya et al., 1999). Kebutuhan nutrisi Sapi tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan nutrien sapi

Pelepah Daun Kelapa Sawit
Pelepah daun kelapa sawit dapat dijadikan sebagai pengganti sumber serat kasar. Bila dilihat dari kandungan protein kasar, daun kelapa sawit setara dengan mutu hijauan. Selain itu juga pelepah daun kelapa sawit merupakan limbah padat perkebunan kelapa sawit dimana keberadaannya cukup melimpah sepanjang tahun khususnya di Sumatera Utara. Akan tetapi menurut Sutardi (1999) bila dilihat kandungan serat kasarnya cukup tinggi sehingga mempengaruhi tingkat kecernaan pakan.
Pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai bahan pakan ternak ruminansia disarankan tidak melebihi 30%. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pelepah daun kelapa sawit dapat ditambahkan produk sampingan lain dari pengolahan kelapa sawit seperti bungkil inti sawit, lumpur sawit (solid), dan serat perasan buah (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2003). Adapun kandungan gizi pelepah daun sawit dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2  Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit
Zat nutrisi
Kandungan (%)
Bahan kering
26,07a
Protein kasar
6,05b
Lemak kasar
4,47a
Serat kasar
32,50a
BETN
39,82a
TDN
45,00a
Ca
0,96a
P
0,08a
Energi (Mcal/ME)
56,00c
Sumber : a. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003)
                 b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000)
                 c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor (2000)

Molasses
Molasses atau tetes merupakan hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan kental agak kekuning-kuningan. Molasses dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis yang bisa memperbaiki aroma dan rasa pakan, keuntungan penggunaan molasses sebagai bahan pakan ternak adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, mineral, vitamin yang cukup sehingga dapat digunakan walau hanya sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985). Adapun kandungan gizi molasses dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kandungan gizi molasses
Zat nutrisi
Kandungan (%)
Bahan kering
67,5
Protein kasar
4,00
Lemak kasar
0,08
Serat kasar
0,38
TDN
81,00
Ca
15
P
0,02
Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FP-USU (2000)
Garam
Garam diperlukan oleh sapi sebagai perangsang menambah nafsu makan. Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan dalam kelancaran pekerjaan faali tubuh. Menurut Lassiter and Edward (1982) garam yang dimaksud adalah garam dapur (NaCl), dimana selain berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas.
Garam tersebut merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam lebih sering terdapat dalam hewan herbifore daripada hewan lainnya. Ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990). Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Menurut Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi faktor penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan tingkat palatabilitas. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ternak, selain menurunnya nafsu makan, ternak yang sakit juga tidak mau berjalan untuk mendekati tempat pakan dan air minum.
Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya tahannya pun menurun (Tillman et al., 1993).
Pertambahan Berat Badan
Laju pertambahan berat badan dipengaruhi oleh umur ternak, lingkungan, dan genetika dimana lingkungan dalam hal ini konsumsi pakan. Bobot tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan bobot dewasa. Pertambahan berat badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (Sugeng, 1996).
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa ternak yang mempunyai sifat dan tingkat konsumsi yang lebih tinggi, maka produksinya juga lebih tinggi dibanding ternak sejenis yang konsumsinya lebih rendah.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot bedan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).



BAB III

MATERI DAN METODA

2.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Integrasi Peternakan ini di laksanakan PT Perkebunan Nusantara VI Jambi (Persero) di pada hari Sabtu, tanggal 3 Desember 2016 pukul 08.00 WIB sampai selesai.

2.2 Materi

            Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat tulis.

2.3 Metoda

            Praktikum di laksanakan dengan cara mengamati dan mendengarkan penjelasan dari dokter hewan di PTPN IV tersebut.

 
BAB IV

PEMBAHASAN

Kunjungan ke PT Perkebunan Nusantara VI Jambi- Sumatera ini di lakukan pada hari Sabtu, tanggal 3 Desember 2016 dalam rangka praktikum Mata Kuliah Integrasi Peternakan.

3.1 Gambaran Umum PTPN VI Jambi

            a. Sejarah Umum PTPN VI Jambi

PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI Jambi) merupakan tipe perusahaan BUMN. Perusaahaan ini memiliki dua bisnis inti, dengan komposisi 95% bisnis kelapa sawit dan 5% bisnis teh. Areal perusahaan tersebar di dua wilayah yaitu Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. PT Perkebunan Nusantara VI merupakan Perusahaan Agro Industri yang mengusahakan perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan teh. Arah pengembangan usaha saat ini berkonsentrasi kepada kelapa sawit secara horisontal melalui perluasan areal tanaman serta mengingkatkan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit.

b.Dasar hukum

Pendirian PTP Nusantara VI ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1996 dan pengesahan dengan Akta Notaris Harun Kamil SH, Nomor 39 tahun 1996 berkedudukan Kantor Direksi di Padang yang telah diubah dengan Akte Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH Jakarta No mor 19 Tahun 2002 tanggal 30 September 2002 bahwa Kantor Direksi berkedudukan di Jambi.
Integrasi Sapi Sawit di PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) dimulai dengan mendirikan Unit Usaha Integrasi Sapi Sawit pada bulan Februari 2012. UU.ISS terletak di Desa Muaro Sebo Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi dengan jarak dari kota Jambi ± 45 km atau dari kota Muara Bulian ± 30 km. Lokasi untuk Unit Usaha Integrasi Sapi Sawit memanfaatkan lokasi eks.pabrik CRF yang sudah tidak beroperasi selama sekitar ± 4 tahun.
Perusahaan di dirikan dengan modal saham yang 100% milik pemerintah senilai Rp 350 milyar dan telah disetor Rp 200 milyar. Perusahaan memiliki 2 strategi yaitu strategi korporasi dan strategi bisnis.
1.      Strategi korporasi
Dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan internal dibandingkan peluang dan ancaman seperti yang digambarkan pada peta grafis posisi perusahaan, maka strategi korporasi PT Perkebunan Nusantara VI dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan adalah diversifikasi konsentrik yang dapat ditempuh melalui usaha patungan (joint-venture). Dalam kaitan tersebut perusahaan melakukan langkah-langkah:
a.       Sistem pengendalian manajemen dengan menerapkan Strategic Business Unit (SBU) dibeberapa unit/ kebun sebagai Pilot Project.
b.      Konversi tanaman karet menjadi kelapa sawit
c.       Optimalisasi asset non produktif melalui divestasi dan atau memanfaatkan nya melalui aliansi strategis.
d.      Penyesuaian struktur organisasi sebagai kebutuhan
2.      Strategi bisnis
Mengingat bahwa salah satu ciri bisnis perkebunan adalah harga jual ditentukan pasar, maka strategi yang ditempuh adalah kepemimpinan biaya yang menyeluruh (Cost Leadership) yaitu menciptakan harga pokok serendah-rendahnya untuk memaksimalkan profit margin dengan tetap memperhatikan tujuan jangka panjang perusahaan melalui penetapan Strategic Business Unit (SBU) secara bertahap seluruh unit/kebun.
Tabel 4  Kontak PTPN VI Jambi

Head Office
Representative Office
Alamat
JL. Lingkar Barat KM 10 Kota Baru Jambi
JL. Tebet Utara III No 9 Jakarta Selatan, Jakarta
Kode pos
36128
12810
Phone
0751-25690
021-8354802
Email

Fax
0751-445500
021-8354805
Website
www.ptpn6.com

               c. Struktur Organisasi PTPN VI Jambi
Bagan 1.Struktur organisasi Unit Usaha Integrasi Sapi Sawit

3.2 Sistem Pemeliharaan

Pemeliharaan ternak yang baik merupakan salah satu tahapan kegiatan penting untuk menunjang keberhasilan integrasi sapi sawit. Kegiatan pemeliharaan  mencakup tahapan persiapan dan perawatan. Sapi yang baru tiba di peternakan harus diberi perlakuan khusus untuk mengembalikan kondisi yang menurun akibat stres setelah menempuh perjalanan. Pemberian vitamin dan obat cacing diberikan ketika sapi baru tiba di peternakan. Periode penggemukan adalah 120-160 hari, dan perlu penanganan khusus seperti dari persiapan kandang, penimbangan, pemotongan kuku, pemandian sampai dengan pemberian multivitamin dan suplemen makanan lainnya untuk meningkatkan vitalitas sapi yang digemukkan. Sapi perlu dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuhnya untuk mencegah persaingan agar tidak terjadi sapi yang kecil tidak mendapat jatah pakan.

a.  Rumpun sapi bakalan

Sapi yang dikelola adalah ras sapi Bali dan PO (Peranakan Ongole), serta sebagian kecil jenis Simental, FH (Fries Holstein), dan lain-lain. Sapi yang dikelola berjumlah 1066 ekor dengan komposisi 70% penggemukan (fattening) dan 30% pembiakan (breeding). Bakalan sapi tersebut dibeli dari Sentra Pembibitan Sapi di Indonesia dan telah mendapat rekomendasi dari Pemerintah (Dinas Peternakan). Bakalan sapi yang dibeli berumur minimal 12 bulan. Pemilihan bakalan sapi jenis lokal ini disebabkan karena daya adaptifnya terhadap lingkungan cukup baik serta tahan terhadap perubahan jenis pakan.

b. Sistem perkandangan

Penggemukan dan pembiakan dilakukan dengan sistem intensif yaitu sapi tetap berada di kandang, tidak digembalakan di luar kandang. Digunakan sistem kandang koloni/komunal yaitu model kandang yang menempatkan beberapa ekor ternak secara bebas tanpa diikat dengan norma 3 m2 per ekor sapi. Untuk alas kandang diberikan fiber hasil by-product dari pabrik kelapa sawit. Keunggulan Sistem Kandang Koloni adalah:
1. Efisiensi penggunaan tenaga kerja, satu orang anak kandang mengelola 100-150 ekor sapi
2. Tidak membutuhkan pengamatan khusus terhadap aktivitas reproduksinya karena ternak kawin sendiri
3. Pembersihan feses 3-4 kali dalam satu tahun.


 Gambar 1 Sapi Bali
    Gambar 2 Sapi PO
  Gambar 3 Kandang koloni   
 Gambar 4 Fiber sebagai alas kandang

3.3 Prosedur Formulasi Ransum Sapi

Daya dukung kebun kelapa sawit
Perkebunan kelapa sawit adalah lumbung bahan pakan yang “tidur” yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung percepatan peningkatan populasi sapi di Indonesia. Walaupun demikian, produksi pelepah yang bisa digunakan maksimum hanya 50% dari pelepah yang berasal dari proses panen, sisanya harus tetap berada di kebun untuk mencegah erosi dan tetap mempertahankan iklim mikro tanaman. Dengan asumsi tersebut maka 1 ha kebun kelapa sawit dapat mensuplai hijauan untuk 1 ekor sapi. Sumber pelepah Unit Usaha Integrasi Sapi Sawit berasal Unit Usaha Batanghari yang jaraknya ±7,2 km. Luas efektif Unit Usaha Batanghari adalah 2.025 ha sehingga dapat mensuplai hijauan untuk 2.000 ekor sapi.
Formula pakan
Melalui pola Integrasi Sawit Sapi, pelepah sawit akan menjadi komponen utama sebagai pengganti hijauan rumput, ditambah dengan limbah dari pabrik kelapa sawit berupa bungkil inti sawit, onggok, dedak padi, molasses, garam, dan kapur. Pakan tersebut diberikan dua kali sehari dengan formula pakan seperti terlihat dalam Tabel 5. Sementara itu, proses pembuatan pakan (Gambar 5)
Tabel 5  Komposisi pakan
Komposisi pakan
Persentase pakan saat ini
Persentase pakan saat ini
Persentase pakan ideal
Cacahan pelepah sawit
50
5
Terus diuji oleh beberapa peneliti untuk mendapatkan komposisi terbaik
Bungkil inti sawit
28
2,8
Dedak
5
0,5
Onggok
15
1,5
Garam
1
0,1
Mollases
1
0,1
Kapur
0,1
0,01
Jumlah
100,01
10,01



Gambar 5   Proses pembuatan pakan


Pada saat ini penyusunan formula komposisi pakan terus menerus dilakukan untuk mendapatkan formulasi yang ideal yang bekerja sama dengan Dinas Peternakan, Balai Penelitian Sapi Potong dan Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Tabel 6  Hasil analisa formula pakan
Uraian
%
Bahan kering
55,04
Abu
7,25
Lemak kasar
2,80
Serat kasar
24,75
Protein kasar
11,84

3.4 Prosedur Pembuatan Kompos Kotoran Sapi

Kotoran sapi basah yang dihasilkan per hari per ekor sapi rata-rata 7 kg dan waktu pembongkaran kotoran sapi dilakukan tiga bulan sekali. Selama periode tersebut, sapi tidak dimandikan dan tidak terlihat mengalami penyakit gangguan kulit atau penyakit lainnya. Kompos eks kotoran sapi yang telah dibongkar, pada saat ini telah dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada areal TBM dan TM dengan dosis 50 kg/pokok. Dosis tersebut berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, didasarkan dari hasil analisa kotoran sapi oleh laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Hasil analisa kotoran sapi dapat dilihat pada Tabel 7. Kompos kotoran sapi telah diaplikasikan di Unit Usaha Batanghari mulai bulan September 2012 dan berpengaruh terhadap kenaikan rata-rata berat tandan seperti yang terlihat pada Tabel 8. Pada saat ini, juga sedang dilakukan penelitian untuk membuat pupuk majemuk organik asal kotoran sapi bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Tabel 7 Hasil analisa kotoran sapi
Parameter
Satuan
Hasil uji
Metode uji
Nitrogen
%
1,78
SNI 2803.2010
P2O5
%
0,37
SNI2803.2010
K2O
%
0,36
SNI 2803.2010
MgO
%
0,48
AAS
CaO
%
1,06
AAS
Fe2O3
%
0,19
AAS
S
-
Negatif
Gravimetri
B
Ppm
0,05
Spektrofotometri
Cu
%
46
AAS
Mn
%
0,01
AAS
Zn
Ppm
33
AAS
Ph
-
8,82
Potensiometri
C organik
%
51,79
Gravimetri
Kaadar air
%
64,49
SNI 02.2804.2005

Tabel 8 Aplikasi kotoran sapi di Unit Usaha Batanghari
Jenis kecambah
Afd
Blok
Tahun tanam
Rata-rata tandan (RBT) kg
+/-
Sofindo
I
21
1992
12,69
13,16
1,03
PPKS
I
29
2002
15,48
15,84
0,36




BAB IV

PENUTUP 

3.1 Kesimpulan

Pelepah sawit dapat digunakan sebagai sumber serat dalam pakan komplit sapi potong dengan menambahkan sumber protein maupun mineral. Model integrasi sapi dan kelapa sawit secara intensif menghasilkan pupuk kandang yang sesuai diaplikasikan untuk tanaman kelapa sawit.

3.2 Saran

Penyusun berharap kepada pembaca untuk menyimak, mempelajari dan menggunakan laporan Kunjungan Praktikum Integrasi  peternakan Integrasi Sawit-Sapi Di Pt Perkebunan Nusantara VI Jambi (Persero)  sebagai motivasi dan menjadi referensi kepada pembaca dalam melakukan kegiatan usaha disektor peternakan. Akhirnya  penulis sadari sepenuhnya bahwa  laporan yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia R, Yusuf MA. 2012. Prospek ISSE dalam mendukung kemandirian bangsa Indonesia. Sawit Media. Edisi 5/IX/2012.
Batubara, L. 2002. Potensi Biologis Daun Kelapa Sawit Sebagai Pakan Basal dalam Ransum Sapi Potong. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian Bogor.
Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara.
Chen CP, and Othman O. 1984. Performance of Tropical Forages Under The Closed Canopy Of Oil Palm II.Legumes. MARDI Research Bull. Vol. 12 : p. 21 – 37.
Departemen Pertanian. 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman. Kementerian Pertanian. Direktorat Jendral Peternakan. Direktora Budidaya Ternak Ruminansia.
Depertemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Bengkulu dan PT.Agricinal.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2012. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2011. Dinas Perkebunan . Pemerintah Provinsi Jambi.
Diwyanto, K., D. Sitompul, I. Manti, I.W. Mathius, dan Soentoro. 2004. Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Prosiding Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9 - 10 September 2003. Depertemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Bengkulu dan PT. Agricinal
Elisabeth, Y, S.P. Ginting. 2004. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Dalam : Prosiding Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9-10 September 2003. Depertemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Bengkulu dan PT.Agricinal.
Erlangga E. 2012. Asyiknya panen rupiah dari beternak sapi potong. Pustaka Agro Mandiri. Pamulang-Tangerang Selatan.
Fikar S, Ruhyadi D. 2010. Beternak dan bisnis sapi potong. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hanavi, N.D. 2007. Keragaan pastura campuran pada berbagai tingkat naungan dan aplikasinya pada lahan perkebunan kelapa sawit. Sekolah Pasca Sarjana. IPB.
Jalaluddin, S, Z.A. Jelan, N. Abdullah and Y.W. Ho. 1991. Recent Development in the Oil Palm by Product Based Ruminant Feeding System. Prc.MSAP, Penang, Malaysia. Pp. 35-44.
Jambi News. 2011. Jambi Import Ribuan Ternak Potong. Terbit Jumat, 04 November 2011
Kawamoto, H., M.W.Azhari, N.I.M. Shukur, M.S. Ali, J. Ismail and S. Oshiho. 2002. Palatability Digestibility and Volumary Intake of Processed Oil Fronds in Cattle. Dalam: Prosiding Lokakarya Nasional. Bengkulu, 9 – 10 September 2003.
Majalah Tanam. 2013. ISS jadi proyek nasional. Majalah Tanam edisi III.Tahun II Januari- Februari 2013.
Mulyani, S.M. dan A.G. Kartasapoetra. 1991. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2012. Integrasi sawit, sapi dan energi. Edisi I. 2012.
Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. Penerbit BPFE . UGM . Yogyakarta.
Rika I.K., Mendra I.K., Oka I.G.M., dan Oka N. 1991. Forage Species for Coconut Plantation in Bali. Forage for Plantation Crops. ACIAR Proc 32:168 – 170.
Siregar Z., Hasnudi., S. Umar., dan I. Sembiring. 2005. Tim Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian USU. Bekerjasama dengan PTPN IV dalam rangka membangun pabrik pakan ternak berbasis limbah sawit.
Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis Dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian.Vol. 28(1). Hal. 29-37
Umar, S. 2009. Potensi Perkebunan Kelapa Sawit sebagai Pusat Pengembangan Sapi Potong dalam Merevitalisasi dan Mengakselerasi Pembangunan Peternakan
Umiyasih, U. dan Anggraeny Y.N. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan Ternak: Tinjauan tentang ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit. Pasuruan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

PS: untuk kalian yang lagi cari kado untuk wisuda, anniversary, ulang tahun dll bisa langsung follow dan custom order DOODLEART di instagram @byaulyaraa. yuk kepoin instagramnya :):)

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Widgetskupu