Jumat, 27 Juli 2012

suka cerpen


BIMBANG
Pagi ini terasa sangat dingin,serasa menusuk tulang-tulangku,segera kurapatkan selimut yang ada diatas ranjangku,namun aku tak bias berlama-lama menikmati dinginnya udara pagi ini dengan santai. Mentari seolah memnggilku untuk segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Tetapi aku masih bermalas-malasan  dn kurapatkan lagi selimutku sehingga membalut tubuhku. Kring..kring… marah jam beker untuk yang kedua kalinya,memaksaku bangkit. Segera saja ku sambar handuk lalu mandi.
“ya..ya..ya..morning I’m coming”
Itu ucapan yang sangat cocok untuk pagi ini. Setelah mandi ku bersiap-siap memakai pakaian yang pas untuk kuliah. Cukup dengan hem panjang warna yang kusuka “ungu” dan celana jeans.
Pukul 08.00 wib aku berangkat ke universitas dimana ku mengenyam pendidikan dengan baik disana, aku tak mau membebankan kedua orang tuaku.
“Pagi non,!” sambutan hangat pak satpam dengan kumisnya yang mengembang menyambutku ketika sampai didepan pintu gerbang.
Motor telah kuparkir ditempat parker, untung saja disana tidak memint pungutan biaya parker untuk setiap parkirnya,kan lumayan uangnya buat jajan.
Melewati lobi demi lobi,tlah kuyakinkan diri untuk mendapatkan ilmu.
“Liara…!”
‘Iya” spontan aku berbalik badan menuju gerangan siapa yang memanggilku.
Ternyata dion teman yang selalu ada untukku.
“Ra,,selamat pagi. Nanti nonton yuk,ada film bagus nih,udah lama kan kita ga nonton bareng. Fela dan Dias juga ikut.” Tanya Dion.
“Gimana ya,gue pingi ikut, tapi lo sama Fela kan selalu deket-deketin gue sama Dias. Gue kan jadi enggak enak”
‘lha, lo juga seneng kan?” sindir Dion.
“enak aja, siapa bilang begitu. Gue piker-pikir dulu deh!” langsung saja aku pergi.
Sekarang aku tak bias mengelak dari tawaran Dion, aku harus pergi nonton film bareng mereka. Setelah menunggu lama tiba-tiba Fla dating.
“Liara…yang lainnya mana,ku kira gue terlambat eh,,ternyata belum pada kumpul?” Tanya Fela yang tiba-tiba sudah ada disampingku.
“Biasa cowok,lelet kalah sama perempuan”
Tiba-tiba Fela mengajukan pertanyaan yang belum bias kujawab.
“Gimana hubungan lo sama Dias?”
“Hubungan apa ga ada yang istimewa”
“Liara, Dias itu suka sama lo,,jangan gantungin dia kayak gitu dong!”
“Kok lo nyolot sih? Kalo lo suka sama Dias ambil aja gue ga marah kok!”
“Bukan begitu, lagian gue punya Dion ngapain gue ambil Dias. Gue Cuma ingin kalian bahagia enggak kayak gini,lo semakin diam semenjak lo ditembak Dias dan lo belum kasih jawaban kan?”lagi-lagi Fela kasih ceramah.
“Gue harus gimana?” belum sempat aku terusin, 2 cowok itu datang.
“Yuk.. masuk dah mau muli ya”
Duh cowok-cowo ini tidak punya rasa bersalah banget udah datang terlambat.
**
Ingin  rasanya kabur saja dari sini,mana lagi harus duduk samping Dias.
“Lo suka film itu?” Tanya Dias.
“ Ya sedikit”
Hening sejenak,
‘Ra, kapan kamu kasih jawaban?”
Kenapa aku ini,sejujurnya aku suka sama dia. Tapi mengapa aku tidak bias ngomong padanya.
“Kalo lo msih butuh waktu ga papa kok, gue akan selalu menunggu mu”
“Di..Dias, maafin gue ya, gue udah bikin lo menunggu. Mungkin kita lebih baik berteman aja. Ga papa kan?”
Aku tahu ini menyakitkan untuk Dias, tetapi ia tetap tegar seperti Dias yang biasanya.
“Ya ku  hargai keputusanmu”
Sejak saat itu, aku tak melihat sosok Dias dikampus. Menurut cerita teman-teman dia pindah kuliah keluar negeri. Hanya itu yang kutahu karena aku tak berani bertanya-tanya, takut jikalau aku hanya akan menambah rasa sakit hatinya.
Seiring berjalannya waktu,tak terasa aku melupakan Dias. Entah kenapa waktu itu aku menolaknya padahal aku menyukainya, apa mungkin karena aku tak ingin melangkah lebih jauh dalam suatu hubungan,aku ingin meraih cita-citaku. Aku takut semua itu akan menghambat jalanku. Maka ku purtuskan untuk menolaknya.
“Liara, yang sabar ya?” kata Fela.
“Untuk apa?”
“Aku tahu, kamu menyukai Dias. Aku juga tahu kalau Dias yang dulu ngga seperti sekarang. Sekarang dia pergi karena dia sangat mencintaimu, dia ngga mau menyakitimu.”
“Tapi..tapi dia mau berteman baik sama aku mengapa dia begitu?” jawabku.
Tak terasa bola mata ini basah karena air mata. Kurasa Dias bohong dengan perkataannya bahwa dia mau berteman denganku.
“Dia sangat mencintaimu, dia tidak mau menentang keputusanmu”
“Lalu dia pindah kemana?kenapa dia tidak menghubungiku sebagai sahabat,pasti dia membenciku!”
“Tidak..bukan begitu. Sekarang dia kuliah di London, dia kuliah disana untuk mempersiapkan meneruskan bisnis kedua orangtuanya. Semenjak dia pergi, dia selalu mengiri e-mail ke aku. Dia selalu menanyakan keadaanmu. Cobalah hubungi dia terlebih dulu gimana?”Tanya Fela.
Daun-daun kering berjatuhan, seakan melukiskan keadaan hatiku yang bimbang.



0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Widgetskupu