BIMBANG
Pagi ini terasa
sangat dingin,serasa menusuk tulang-tulangku,segera kurapatkan selimut yang ada
diatas ranjangku,namun aku tak bias berlama-lama menikmati dinginnya udara pagi
ini dengan santai. Mentari seolah memnggilku untuk segera melangkahkan kaki
menuju kamar mandi. Tetapi aku masih bermalas-malasan dn kurapatkan lagi selimutku sehingga
membalut tubuhku. Kring..kring… marah jam beker untuk yang kedua
kalinya,memaksaku bangkit. Segera saja ku sambar handuk lalu mandi.
“ya..ya..ya..morning
I’m coming”
Itu ucapan yang
sangat cocok untuk pagi ini. Setelah mandi ku bersiap-siap memakai pakaian yang
pas untuk kuliah. Cukup dengan hem panjang warna yang kusuka “ungu” dan celana
jeans.
Pukul 08.00 wib
aku berangkat ke universitas dimana ku mengenyam pendidikan dengan baik disana,
aku tak mau membebankan kedua orang tuaku.
“Pagi non,!”
sambutan hangat pak satpam dengan kumisnya yang mengembang menyambutku ketika
sampai didepan pintu gerbang.
Motor telah
kuparkir ditempat parker, untung saja disana tidak memint pungutan biaya parker
untuk setiap parkirnya,kan lumayan uangnya buat jajan.
Melewati lobi
demi lobi,tlah kuyakinkan diri untuk mendapatkan ilmu.
“Liara…!”
‘Iya” spontan
aku berbalik badan menuju gerangan siapa yang memanggilku.
Ternyata dion
teman yang selalu ada untukku.
“Ra,,selamat
pagi. Nanti nonton yuk,ada film bagus nih,udah lama kan kita ga nonton bareng. Fela
dan Dias juga ikut.” Tanya Dion.
“Gimana ya,gue
pingi ikut, tapi lo sama Fela kan selalu deket-deketin gue sama Dias. Gue kan
jadi enggak enak”
‘lha, lo juga
seneng kan?” sindir Dion.
“enak aja, siapa
bilang begitu. Gue piker-pikir dulu deh!” langsung saja aku pergi.
Sekarang aku tak
bias mengelak dari tawaran Dion, aku harus pergi nonton film bareng mereka. Setelah
menunggu lama tiba-tiba Fla dating.
“Liara…yang
lainnya mana,ku kira gue terlambat eh,,ternyata belum pada kumpul?” Tanya Fela
yang tiba-tiba sudah ada disampingku.
“Biasa
cowok,lelet kalah sama perempuan”
Tiba-tiba Fela
mengajukan pertanyaan yang belum bias kujawab.
“Gimana hubungan
lo sama Dias?”
“Hubungan apa ga
ada yang istimewa”
“Liara, Dias itu
suka sama lo,,jangan gantungin dia kayak gitu dong!”
“Kok lo nyolot
sih? Kalo lo suka sama Dias ambil aja gue ga marah kok!”
“Bukan begitu,
lagian gue punya Dion ngapain gue ambil Dias. Gue Cuma ingin kalian bahagia
enggak kayak gini,lo semakin diam semenjak lo ditembak Dias dan lo belum kasih
jawaban kan?”lagi-lagi Fela kasih ceramah.
“Gue harus
gimana?” belum sempat aku terusin, 2 cowok itu datang.
“Yuk.. masuk dah
mau muli ya”
Duh cowok-cowo
ini tidak punya rasa bersalah banget udah datang terlambat.
**
Ingin rasanya kabur saja dari sini,mana lagi harus
duduk samping Dias.
“Lo suka film
itu?” Tanya Dias.
“ Ya sedikit”
Hening sejenak,
‘Ra, kapan kamu
kasih jawaban?”
Kenapa aku
ini,sejujurnya aku suka sama dia. Tapi mengapa aku tidak bias ngomong padanya.
“Kalo lo msih
butuh waktu ga papa kok, gue akan selalu menunggu mu”
“Di..Dias,
maafin gue ya, gue udah bikin lo menunggu. Mungkin kita lebih baik berteman
aja. Ga papa kan?”
Aku tahu ini
menyakitkan untuk Dias, tetapi ia tetap tegar seperti Dias yang biasanya.
“Ya ku hargai keputusanmu”
Sejak saat itu,
aku tak melihat sosok Dias dikampus. Menurut cerita teman-teman dia pindah
kuliah keluar negeri. Hanya itu yang kutahu karena aku tak berani
bertanya-tanya, takut jikalau aku hanya akan menambah rasa sakit hatinya.
Seiring berjalannya
waktu,tak terasa aku melupakan Dias. Entah kenapa waktu itu aku menolaknya
padahal aku menyukainya, apa mungkin karena aku tak ingin melangkah lebih jauh
dalam suatu hubungan,aku ingin meraih cita-citaku. Aku takut semua itu akan
menghambat jalanku. Maka ku purtuskan untuk menolaknya.
“Liara, yang
sabar ya?” kata Fela.
“Untuk apa?”
“Aku tahu, kamu
menyukai Dias. Aku juga tahu kalau Dias yang dulu ngga seperti sekarang. Sekarang
dia pergi karena dia sangat mencintaimu, dia ngga mau menyakitimu.”
“Tapi..tapi dia
mau berteman baik sama aku mengapa dia begitu?” jawabku.
Tak terasa bola
mata ini basah karena air mata. Kurasa Dias bohong dengan perkataannya bahwa
dia mau berteman denganku.
“Dia sangat
mencintaimu, dia tidak mau menentang keputusanmu”
“Lalu dia pindah
kemana?kenapa dia tidak menghubungiku sebagai sahabat,pasti dia membenciku!”
“Tidak..bukan
begitu. Sekarang dia kuliah di London, dia kuliah disana untuk mempersiapkan meneruskan
bisnis kedua orangtuanya. Semenjak dia pergi, dia selalu mengiri e-mail ke aku.
Dia selalu menanyakan keadaanmu. Cobalah hubungi dia terlebih dulu gimana?”Tanya
Fela.
Daun-daun kering
berjatuhan, seakan melukiskan keadaan hatiku yang bimbang.
0 comments:
Posting Komentar