Kamis, 26 Juli 2012

CERITA RAKYAT Kec.BUKATEJA PBG


WATU LINTANG
Dipinggir sungai plampon desa Sokanegara kecamatan Kejobong kabupaten Purbalingga ada keunikan tersendiri yaitu adanya batu yang berbeda dengan batu umumnya, besarnya berdiameter kira-kira 4 meter. Maka dari itu banyak yang terkesan saat melihatnya. Tidak hanya berkesan saja tetapi menurut orang banyak batu itu bukan sembarangan batu,tetapi batu itu jatuh dari langit. Oleh karena itu disebut “ watu lintang” atau batu langit. Tidak ada yang mengetahui kapan jatuhnya batu itu kebumi, tetapi menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat sekitar tidak bisa ditebak betul atau tidak cerita tersebut.
Tiba-tiba ada cahaya yang terang benerang jatuh dari langit yang dituju tidak lain adalah desa Sokanegara. Setelah jatuh kebumi ternyata batu yang besarnya tidak wajar  itu sudah ada di sekitar batu yang lainnya.
Walaupun sudah bertahun-tahun keadaan batu itu ternyata tidak berubah tetap seperti tadinya yang terang dikala malam hari.terangnya batu itu membuat senang warga yang ada disekeliling batu tersebut. Desa itu terang sekali dan sorot cahaya yang keluar dari batu kelihatan asri dan tidak membuat bosan jika dilihat. Maka dari itu orang-orang disekitar desa Sokanegara memerluakan datang hanya ingin melihat keindahan batu tersebut.
Tetapi suatu malam cahaya batu itu tidak kelihatan lagi, desa itu kelihatan gelap lagi. Batu yang tadinya kelihatan cahayanya sekarang tidak lagi mengeluarkan cahaya seperti lentera kehabisan minyak. Malam yang tadinya terang sekarang gelap lagi. Tidak ada pemandangan indah yang bisa menarik perhatian warga desa Sokanegara lagi. Apa menyebabnya?
Ceritanya diwaktu itu terdapat orang dua yang bernama Malingguna lan Malingsakti. Orang dua itu yang menyebabkan cahaya batu menghilang karena semenjak ada batu yang bercahaya itu banyak orang kaya raya yang senang-senang ternyata dibalik semua itu  masih banyak orang lain  yang melarat yang tidak bisa bersenang-senang karena kekurangan bahan makanan,rumahnya pun sudah reot dan hampir rubuh. Melihat keadaan itu mereka tidak tega melihat orang yang melarat tersebut mulanya pikiran mereka hanya ingin membantu memberantas kesengsaraan itu.
“aku punya ide,dhi. Tetapi kamu jangan keberatan ya!” ucap Simalingguna kepada si Malingsakti. Yang mendengar ide temannya itu menjawab:
“ya, cepat katakan apa yang harus dilakukan agar warga kabeh bisa bangkit dari kesengsaraan,tidak ada lagi yang mengatakan lapar sampai mati.” Kata Malingsakti.
Ide itu tidak lain ya adalah mencuri atau mengambil barang orang kaya yang centil yang dapat membantu orang-orang.  Semua orang melarat menerima bagian yang dijatahkan setiap paginya.
Sampai ilmu yang dipunyai Malingguna dan Malingsakti tidak dapat dipahami orang lain. Malka dari itu mereka disebut Malingguna dan Malingsakti. Barang yang dicuri mereka tidak ketahuan karena  mereka mencuri barang yang dimiliki oleh orang kaya yang pelit serta barang itu untuk disumbangkan kepada orang melarat yang membutuhkan bukan untuk dirinya sendiri.
Walaupun mereka sakti namun mereka merasa terganggu oleh cahaya yang ditimbulkan oleh watu lintang. Karena dari terangnya seakan tidak ada bedanya siang dan malam. Mulanya tindakannya merasa terganggu,tidak bisa melakukan kegiatan mencuri itu sampai rapi, karena bisa di ketahui orang lain.
“wah kalau begini terus,kita tidak bisa mencuri.bagaimana caranya biar batu itu hilang cahayanya?” tanya  Malingguna kepada Malingsakti. Dengan kepintaran mereka, dapat menemukan ide untuk membuat batu itu tidak lagi bercahaya dan dapat membantu orang yang miskin.keduanya menemukan ramuan dari tumbuhan dan disebar diatas batu tersebut. Lalu mereka menggunakan cara lain yaitu dengan cara menggunakan air garam yang disebar dibatu itu. Ternyata cara mereka mulai menampakkan hasilnya,malamnya cahaya  terang itu seudah berkurang tidak seperti malam sebelumnya. Oleh karena itu mereka melakukannya berkali-kali sampai cahaya itu tidak terang lagi.
Malingguna dan Malingsakti senang hatinya.
“ Bisa, dhi. Bisa mati!” ucap Malingguna yang di acungi jempol oleh Malingsakti.
Beda keadaan dengan Malingguna dan Malingsakti, warga di Sokanegara malah kaget dan gumun kenapa batu yang terang tiba-tiba mati. Pada tidak rela kalau keadaan yang membuat senang dan membuat terangnya desa kini tidak ada lagi. Warga desa mengira-kira siapa yang membuat keadaan seperti itu. Walaupun tidak lama bertemu warga desa mencurigai orang yang tak lain adalah Malingguna dan Malingsakti. Curiga karena pencurian yang dilakukan mereka tidak ketahuan. Keduanya lalu dimintai pertanggung jawaban dari kesalahanya. Orang-orang yang dibantu oleh mereka merasa bersalah karena apa yang diterima selama ini yang menyebabkan hilangnya cahaya “watu lintang”. Desa yang tadinya terang benerang sekarang menbjadi gelap gulita lagi.



Sumber : Sutarman.2009. Wiji Wursita Basa Jawi kelas 8 semester II. Purbalingga: MGMP Bahasa Jawa SMP Kabupaten Purbalingga.
              

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Widgetskupu