SMILE DON’T CRY

Masa kecil adalah masa yang
menyenangkan. Bisa bermain tanpa terbebani oleh pikiran yang
beranekaragam,bahkan dapat tertawa lepas memecah indah. Mendangarkan gemericik
air dan ranting-ranting pohon yang saling bergesekan memainkan lagu indah
untukku serta kicauan burung-burung
kecil dipepohonan, lengkap sudah kebahagiaan waktu kecil.
Sebentar lagi akan diadakan
perpisahan untuk kami. Aku merasa gembira dapat mempersiapkan hari itu.
Ditambah lagi, aku ditunjuk oleh wali kelas untuk membawakan sambutan dari
kelasku yaitu kelas 6. Entah mengapa aku merasa
mendapatkan kehormatan yang lebih dimana, akulah yang mewakili seluruh
murid kelas 6. Acara berlangsung penuh bahagia dan air mata. Sejenak aku
merenung oh...tuhan, hari ini segera berakhir dan aku lulus, tapi mengapa
secuil hati inisepertinya tidak merelakan untuk dilupakan. Sayang sekali kalau
yang ada didalam ruangan saat ini dibersihkan karena ruangan ini adalah saksi
bisu akhir aku belajar disekolah dasar serta sudah banyak waktu untuk
mendekorasi ruangan ini, tentunya dengan
arahan semua guru. Namun aku sadar bahwa acara perpisahan bukanlah akhir dari
segalanya, masih banyak waktu untuk terus menjalin pertemanan kami. Disudut
ruangan aku melihat sahabatku sepertinya menangis,tentunya menangis
bahagia.NamanyaAna Khurniawati, dia masih saudara jauhku. Dia anaknya kurus
namun sangat gigih sekali jika ingin mendapatkan sesuatu.
“ Ohhh.....aku tak ingin
melupakan semuanya!”
“ Pastinya tidak, kita akan
selalu mengenangnya dimanapun kita berada.” Jawabku,
Mungkin dia kaget dengan
kedatanganku yang tiba-tiba sudah berada disebelahnya.Aku mencoba membuat
suasana tak lagi mengarah sedih, walaupun sebenarnya aku tak bisa menyembunyikan
kilatan bening dipelupuk mata yang mulai basah.
***
Setelah perpisahan dan lulus
dari sekolah dasar dengan nilai yang cukup memuaskan, aku berencana melanjutkan
kejenjang sekolah yang lebih tinggi. Aku dan orangtuaku sudah memutuskan bahwa
aku akan meninggalkan kampung halamanku menuju daerah baru yang bernama Jawa,
untuk mencari pendidikan yang lebih baik. Lagi dan lagi aku mengalami
perpisahan dengan banyak hal dari sahabat, keluarga dan kampung halaman
tercinta.
Mentari memunculkan sinarnya
dipagi yang cerah, embun berserakan diatas
rumput depan rumahku. Sebelum benar-benar berangkat aku menyempatkan
waktu untuk memberikan kenang-kenangan pada sehabatku itu.
“ Makasih ya, semoga kamu
betah disana dan jangan melupakan aku.”
Kata yang sederhana namun aku
harus menjaganya, aku bisa memanfatkan media elektronik yang ada, zaman
sekarang sangat membantu untuk menjalin silaturahmi tetap terjaga.
“ Ya, aku enggak akan
melupakan orang-orang yang ada dalam hidupku dan yang selalu membuat
hari-hariku bahagia sepertimu, he...he...” jawabku.
Suasana kembali bahagia,
karena kejadian yang membuka kenyataan hari ini tak sedetikpun dapat kulupakan.
Kupandangi semua orang yang ada dihadapanku. Tanggal 26 Juni 2008, salam
perpisahantelah terlontar dari bibirku namun aku berdoa semoga perpisahan hanya
kata-kata kiasan, karena aku tak ingin berpisah dalam segala hal. Kata
perpisahan terlalu kasar buatku karena perpisahan bukan benar-benar berpisah,
toh kita juga dapat berhubungan beik selama kita bisa dan aku sangat yakin bahwa
aku bisa. Mobul yang membawaku melaju kencang , menembus seluruh jalanan.
Kubuka jendela mobil dan membiarkan udara panas kala itu masuk, namun udara
panas telah terkalahkan oleh angin yang membawa kesejukan datang meringankan
seluruh tubuh karena aku sudah terlalu lama hanya duduk yang bisa kulakukan.
Dan waktu perjalanan masih sangat lama. Kira-kira sumatera – jawa dapat ditempuh sekitar 2 hari. Terbayangkan betapa
lelahnya kaki ini harus menekuk. Aku tak terbayang lelahnya bapakku yang harus
mengemudikan mobil.
“ Masih lama ya, pak?”
“ Ya...iya toh, ini saja
belum sampai Bakauni. Nanti malam baru sampai sana.” Jawab bapakku, yang masih
konsentrasi mengemudikan mobil.
Aku selalu bangga dengannya,
banyak hal yang harus aku pelajari darinya. Sudah berapa detik,menit atau jam
yang berlalu kulewatkan dengan duduk melamun. Memandangi setiap lampu-lampu
penerang jalan hingga akhirnya lampu itu menyala seiring lamanya perjalanan
ini. Tak terasa malam tiba, mobil kami memasuki sebuah bagasi kapal feri. Kapal
itu begitu besar yang berisi puluhan kendaraan bermotor. Aku sempat berfikir,
manusia memang canggih dapat membuat sebuah kapal yang tidak bisa mengapung
diantara samudera nan luas. Sayang aku datang diantara malam yang gelap gulita
sehingga aku tak dapat melihat pemandangan lautan yang penuh dengan warna biru
menyejukkan hati. Aku hanya dapat melihat pemandangan penuh lampu-lampu
penerang jalannya kapal ini dan yang lainnya. Deburan ombaknya sangat besar,
angin malam menerpa tubuhku, sangat dingin. Saat aku duduk memandang laut, aku
melihat cahaya kelap-kelip.
“Wah,,,,itu pulau ya, pak?
Hampir sampai.” Tanyaku pada bapak.
“ Yang itu bukan, itu juga
kapal. Inikan malam jadi Cuma terlihat lampu-lampunya, itu jauh
loh...”jawabnya.
“Aku kira itu pulau, habis
kayak lampu-lampu sebuah kota, berarti kalau dekat besar sekali ya.”
Hening sejenak....
Tiba-tiba di bawah laut ada
segerombolan anak yang berusaha meminta sedekah dari kami. Ramputnya pirang dan
kulitnya hitam merah, sungguh kasihan mereka. Jika siang pastilah mereka
kepanasan dan malam hari kedinginan. Mungkin kadangkala perut mereka belum
terisi makanan apa-apa.
“Mana uang recehnya,itu ada
pengamen laut?”
“Wah...malam-malam begini
masih ngamen pake berenang segala apa enggak dingin?”
“Mereka sudah terbiasa.....”
Mencari sedekah tanpa
menghirukan keselamatan tapi mereka tetap bahagia. Aku merasa, masa kalah sama
mereka, yang masih bahagia dalam himpitan hidup, sedangkan aku menjalani
perpisahan walaupun belum benar-benar berpisah saja sedih, No.............I
must stop ( smile don’t cry).
Jam menunjukan pukul 10.00.
sebenarnya aku ingin sekali mencicipi kopi buatan pedagang yang ada di kapal
ini, dingin-dingin sepertinya enak dan segar jika minum yang panas-panas.
Tetapi kuurungkan niatku, jika melihat harga secangkir kopi. Harganya melampau
batas yang kupikirkan, yaitu Rp 6.000 per gelas kecil. Daripada membuang-buang
uang, segera saja aku tidur lelah sekali rasanya.
Krrriiingggg.......message
masuk.
Segera kubuka sms itu, aku
ingin tau gerangan siapa yang mengantarkan sms sepagi ini.
From: ana
Good morning
friend
Ternyata Ana yang menbangunkanku dan
segera saja kubalas sms darinya.
Pagi ini tanggal 28 Juni
2012, aku berjanji untuk membuka lembaran baru hidup yang baru dengan penuh
kebahagiaan. Kulihat papan penunjuk arah mobil segera memasuki wilayah
Purbalingga, dalam benakku seperti apa sih kota ini.
“Segera sampai tempat budhe,
siap-siaplah” kata bapak mengingatkan ku.
0 comments:
Posting Komentar