Kamis, 15 November 2012

Resensi novel the bookaholic club



PENCINTA BUKU
MEMATAHKAN KUTUKAN


Identitas

Judul buku   : The Bookaholic Club
Pengarang    : Poppy D. Chusfani
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit    : Jakarta
Terbit            : Oktober 2007
Tebal             : 192 halaman
Ukuran         : 13.5x20cm
Jenis buku    : Fiksi 
Harga           :  Rp 27.000,00

            Dibalik novel The Bookaholic Club,awalnya kukira aku akan membaca cerita tentang

 persahabatan yang isinya orang-orang kutu buku yang tidak populer. Maka aku baca berkali-kali sinopsis yang ada dan kupahami. Penyihir??? Bisa melihat hantu??? Cerita tentang apa ini??? Banyak pemikiran di benakku. O-ow.... ceritanya seru. Dalam sehari aku bisa menyelesaikan membacanya, imajinasiku langsung beterbangan. Keren.... aku yang selama ini sudah jarang berimajinasi, ini benar-benar haus akan imajinasi.
                                    
               Jalan cerita cukup menarik, diselipi dengan istilah atau pengetahuan umum singkat seperti
 pembakaran penyihir di Salem tahun 1600-an atau kamar Erin yang dilengkapi dengan Jacuzzi. Serta 
dalam novel ini di ungkap juga permasalahan dengan musuh dan juga orang tua yang memaksakan kehendak
tanpa melihat kemauan sang anak.

            Garis besar cerita ini sebenarnya menceritakan tentang Des yang seorang penyihir, ayah ibunya bukan penyihir tapi nenek moyangnya adalah seorang penyihir. Beruntung ayahnya masih mau menerima dia karena selama yang dia ketahui setiap ayah yang mengetahui kalau anaknya seorang penyihir pasti akan langsung meninggalkannya. Maklum jaman semodern ini penyihir masih ditakuti. Des suka sekali membaca buku dan tidak suka berhura-hura seperti 'kalangan'nya yang memang anak-anak orang kaya, Des akhirnya bertemu dengan anak-anak yang sehobi dengannya

            Tori, anak yang selalu berbicara gagap didepan orang yang tidak dikenalnya sehingga dia lebih suka membaca buku dan menyendiri. Apalagi ia sadar pula kalau dirinya tidak sekaya seperti teman-teman lainnya, karena ia bisa masuk ke sekolah elite dan cukup bagus karena beasiswa yang diperolehnya. Buku yang disukainya adalah buku tentang Arkeologi serta dia dapat membaca huruf kuno.

            Chira yang bisa melihat aura manusia dan 'dunia lain'. Ia suka menyendiri karena kemampuan indra keenam dan bisa melihat hantunya itu sering membuat teman-temannya ketakutan. Serta Erin, siswa baru, yang sangat cantik dan langsung populer dengan sendirinya, memang memiliki banyak teman (yang pasti karena kecantikan dan kekayaan kedua orang tuanya), tapi itu membuat ia jenuh dan sebenarnya sangat terpaksa untuk selalu menjadi miss populer dan miss perfect. Erin sudah tidak dapat membedakan mana teman yang memang benar-benar tulus ingin berteman dengannya atau teman yang hanya tertarik karena kecantikan dan kekayaan orang tuanya.

               Cerita ini ditulis dengan memakai sudut pandang orang pertama,namun sudut pandang inipun tidak
 selalu tokoh yang sama. Itulah sebabnya dalam setiap bab, selalu ada nama karakter sebagai judul bab untuk 
menjelaskan karakter siapa yang menjadi sudut pandang pertama. Namun cara bercerita ini mungkin juga
akan membuat pembaca agak kebingungan pada awalnya, tapi dengan jalan cerita yang ringkas dan mudah
dipahami, membuat novel ini patut dibaca tanpa henti.

            Mereka pun dipertemukan oleh buku, karena ternyata mereka sama-sama menyukai buku. Karena buku pula, mereka menjadi semakin akrab. Pertemuan mereka memang tidak disengaja, tapi nyatanya ada Kakek LIM BIBLIOPHILIA  ANTIQUA  biasa dipanggil Kakek Lim, seorang pemilik toko buku antik—toko yang sering dikunjungi oleh Des dan Chira yang sengaja mempertemukan mereka,demi tugas yang harus mereka hadapi . Tugas mengerikan yang akan menghadapkan mereka pada situasi hidup dan mati,mimpi buruk yang jadi kenyataan. Agar Des bisa memusnahkan kutukan dari Katrina, nenek moyangnya yang juga seorang penyihir.

            Katrina telah membuka jalan bagi makhluk-makhluk jahat dari dunia lain untuk memasuki manusia. Karena keinginannya untuk berkuasa dan melebihi para penyihir lainnya. Katrina melawan kode etik para penyihir : dilarang bekerja sama dengan kekuatan gelap. Dia menyadari dan berusaha memperbaiki kesalahan namun meninggal ditengah jalan. Katrina membiarkan bayangan masuk ke dunia, membuka portal ke dunia gelap dari mana bayangan berasal. Bayangan pun merenggut nyawanya, menelan jiwanya, tak ada yang bisa menyelamatkannya lagi. Akibatnya, tiap seratus tahun sekali, portal itu terbuka dan meminta banyak korban. Bayangan pun meminta darah keturunan Katrina. Tapi, karena belum ada keturunan Katrina yang bisa mematahkan kutukan dari dunia kegelapan, maka bayangan pun terus meminta korban.

            Keempat remaja ini pun merasa bingung antara percaya dan tidak. Terutama Des, karena dia kunci utama dalam penyelesaian masalah ini. Mereka semakin bingung apa yang harus mereka lakukan. Mereka juga tidak tahu bagaimana menemukan portal dan media perantara dari bayangan itu. Petunjuk mereka hanya sebuah buku peninggalan Katrina yang seluruh mantranya dituliskan dengan Futhark—semacam huruf hieroglif.

        Novel bergenre teenlit fantasi modern ini cukup menarik. 
Istilah Fantasi Modern biasanya terkait dengan kisah yang terjadi di dunia kita namun ternyata ada dunia lain
 yang tidak kita sadari. Dari judulnya, mungkin kita melihat kalau novel ini seperti novel kebanyakan. 
Tapi, ternyata, tema dan isinya agak berbeda dari novel biasanya, karena unsur fantasi atau khayalan
ditambahkan dalam novel ini. Novel ini cukup membuat kita penasaran dan tertarik untuk membacanya
sampai selesai. Indahnya persahabatan pun bisa kita rasakan dalam novel ini. Persahabatan yang tulus, tanpa
membeda-bedakan keadaan seseorang ini dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan nyata

            Gaya bertutur yang ada di Novel ini membuatku berpikir kalau ada penyihir beneran didunia ini pasti sungguh-sungguh keren sekali, daripada tukang sulap. Apalagi POV (Point of View) yang ada di novel ini sungguh menarik. Dilihat dari sudut pandang Des, Tori, Chira, dan Erin. Setiap bab pasti POV-nya berganti, jadi bisa melihat dari sudut pandangnya seorang penyihir, orang yang malu, yang bisa melihat hantu, dan cewek yang super terkenal. Keempat anak remaja itu yang menyebut diri sebagai the Bookaholic club ini bakal melakukan sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada berdebat tentang buku.

            Novel ini sangat cocok bagi remaja yang bosan dengan novel yang bertemakan percintaan,karena novel ini lebih mengusung tema persahabatan antar tokoh didalamnya. Ohhya…Kisah The Bookaholic Club memang mengambil setting luar negeri, tapi pengarangnya orang Indonesia asli! Jarang-jarang  ada teenlit oke bertema  fantasi karya anak negeri seperti ini Tetapi dalam novel ini setting lokasi (kota/negara) dan waktu tidak disebutkan secara jelas, sehingga mungkin para pembaca hanya bisa menebak dimana kira-kira para tokoh tersebut berada.
***

0 comments:

Posting Komentar

 
Blogger Widgetskupu