PENCINTA BUKU
MEMATAHKAN KUTUKAN
Identitas
Judul
buku : The Bookaholic Club
Pengarang : Poppy D. Chusfani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota
terbit : Jakarta
Terbit : Oktober 2007
Tebal : 192 halaman
Ukuran : 13.5x20cm
Jenis buku : Fiksi
Harga : Rp 27.000,00
Dibalik novel The Bookaholic Club,awalnya kukira aku akan membaca cerita tentang
persahabatan yang isinya orang-orang
kutu buku yang tidak populer. Maka aku baca berkali-kali sinopsis yang ada dan
kupahami. Penyihir??? Bisa melihat hantu??? Cerita tentang apa ini??? Banyak
pemikiran di benakku. O-ow.... ceritanya seru. Dalam sehari aku bisa menyelesaikan
membacanya, imajinasiku langsung beterbangan. Keren.... aku yang selama
ini sudah jarang berimajinasi, ini benar-benar haus
akan imajinasi.
Jalan cerita cukup menarik, diselipi dengan istilah atau pengetahuan umum singkat seperti
pembakaran penyihir di Salem tahun 1600-an atau kamar Erin yang dilengkapi dengan Jacuzzi. Serta
dalam novel ini di ungkap juga permasalahan dengan musuh dan juga orang tua yang memaksakan kehendak
tanpa melihat kemauan sang anak.
Garis besar cerita ini
sebenarnya menceritakan tentang Des yang seorang penyihir, ayah ibunya bukan
penyihir tapi nenek moyangnya adalah seorang penyihir. Beruntung ayahnya masih
mau menerima dia karena selama yang dia ketahui setiap ayah yang mengetahui
kalau anaknya seorang penyihir pasti akan langsung meninggalkannya. Maklum
jaman semodern ini penyihir masih ditakuti. Des suka sekali membaca buku dan
tidak suka berhura-hura seperti 'kalangan'nya yang memang anak-anak orang kaya,
Des akhirnya bertemu dengan anak-anak yang sehobi dengannya
Tori, anak yang selalu berbicara gagap didepan orang yang tidak dikenalnya sehingga dia lebih suka membaca buku dan menyendiri. Apalagi ia sadar pula kalau dirinya tidak sekaya seperti teman-teman lainnya, karena ia bisa masuk ke sekolah elite dan cukup bagus karena beasiswa yang diperolehnya. Buku yang disukainya adalah buku tentang Arkeologi serta dia dapat membaca huruf kuno.
Tori, anak yang selalu berbicara gagap didepan orang yang tidak dikenalnya sehingga dia lebih suka membaca buku dan menyendiri. Apalagi ia sadar pula kalau dirinya tidak sekaya seperti teman-teman lainnya, karena ia bisa masuk ke sekolah elite dan cukup bagus karena beasiswa yang diperolehnya. Buku yang disukainya adalah buku tentang Arkeologi serta dia dapat membaca huruf kuno.
Chira yang bisa melihat aura
manusia dan 'dunia lain'. Ia suka menyendiri karena
kemampuan indra keenam dan bisa melihat hantunya itu sering membuat
teman-temannya ketakutan. Serta Erin, siswa baru,
yang sangat cantik dan langsung populer dengan sendirinya, memang memiliki
banyak teman (yang pasti karena kecantikan dan kekayaan kedua orang tuanya),
tapi itu membuat ia jenuh dan sebenarnya sangat terpaksa untuk selalu menjadi
miss populer dan miss perfect. Erin sudah tidak dapat membedakan mana teman
yang memang benar-benar tulus ingin berteman dengannya atau teman yang hanya
tertarik karena kecantikan dan kekayaan orang tuanya.
Cerita ini ditulis dengan memakai sudut pandang orang pertama,namun sudut pandang inipun tidak
selalu tokoh yang sama. Itulah sebabnya dalam setiap bab, selalu ada nama karakter sebagai judul bab untuk
menjelaskan karakter siapa yang menjadi sudut pandang pertama. Namun cara bercerita ini mungkin juga
akan membuat pembaca agak kebingungan pada awalnya, tapi dengan jalan cerita yang ringkas dan mudah
dipahami, membuat novel ini patut dibaca tanpa henti.
Mereka pun dipertemukan
oleh buku, karena ternyata mereka sama-sama menyukai buku. Karena buku pula,
mereka menjadi semakin akrab. Pertemuan mereka memang tidak disengaja, tapi
nyatanya ada Kakek LIM BIBLIOPHILIA
ANTIQUA biasa dipanggil Kakek Lim,
seorang
pemilik toko buku antik—toko yang sering
dikunjungi oleh Des dan Chira yang sengaja mempertemukan mereka,demi
tugas yang harus mereka hadapi . Tugas mengerikan yang akan menghadapkan mereka
pada situasi hidup dan mati,mimpi buruk yang jadi kenyataan. Agar Des bisa memusnahkan kutukan
dari Katrina, nenek moyangnya yang juga seorang penyihir.
Katrina telah membuka jalan bagi makhluk-makhluk
jahat dari dunia lain untuk memasuki manusia. Karena keinginannya untuk
berkuasa dan melebihi para penyihir lainnya. Katrina melawan kode etik para
penyihir : dilarang bekerja sama dengan kekuatan gelap. Dia menyadari dan
berusaha memperbaiki kesalahan namun meninggal ditengah jalan. Katrina membiarkan
bayangan masuk ke dunia, membuka portal ke dunia gelap dari mana bayangan
berasal. Bayangan pun merenggut nyawanya, menelan jiwanya, tak ada yang bisa
menyelamatkannya lagi. Akibatnya, tiap seratus tahun sekali, portal itu terbuka
dan meminta banyak korban. Bayangan pun meminta darah keturunan Katrina. Tapi,
karena belum ada keturunan Katrina yang bisa mematahkan kutukan dari dunia
kegelapan, maka bayangan pun terus meminta korban.
Keempat remaja ini pun merasa
bingung antara percaya dan tidak. Terutama Des, karena dia kunci utama dalam
penyelesaian masalah ini. Mereka semakin bingung apa yang harus mereka lakukan.
Mereka juga tidak tahu bagaimana menemukan portal dan media perantara dari
bayangan itu. Petunjuk mereka hanya sebuah buku peninggalan Katrina yang
seluruh mantranya dituliskan dengan Futhark—semacam huruf hieroglif.
Novel bergenre teenlit fantasi modern ini cukup menarik.
Istilah Fantasi Modern biasanya terkait dengan kisah yang terjadi di dunia kita namun ternyata ada dunia lain
yang tidak kita sadari. Dari judulnya, mungkin kita melihat kalau novel ini seperti novel kebanyakan.
Tapi, ternyata, tema dan isinya agak berbeda dari novel biasanya, karena unsur fantasi atau khayalan
ditambahkan dalam novel ini. Novel ini cukup membuat kita penasaran dan tertarik untuk membacanya
sampai selesai. Indahnya persahabatan pun bisa kita rasakan dalam novel ini. Persahabatan yang tulus, tanpa
membeda-bedakan keadaan seseorang ini dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan nyata
Gaya bertutur yang ada di Novel ini membuatku berpikir kalau ada penyihir beneran didunia ini pasti sungguh-sungguh keren sekali, daripada tukang sulap. Apalagi POV (Point of View) yang ada di novel ini sungguh menarik. Dilihat dari sudut pandang Des, Tori, Chira, dan Erin. Setiap bab pasti POV-nya berganti, jadi bisa melihat dari sudut pandangnya seorang penyihir, orang yang malu, yang bisa melihat hantu, dan cewek yang super terkenal. Keempat anak remaja itu yang menyebut diri sebagai the Bookaholic club ini bakal melakukan sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada berdebat tentang buku.
Novel ini sangat cocok bagi remaja
yang bosan dengan novel yang bertemakan percintaan,karena novel ini lebih
mengusung tema persahabatan antar tokoh didalamnya. Ohhya…Kisah The
Bookaholic Club memang mengambil setting
luar negeri, tapi pengarangnya orang Indonesia asli! Jarang-jarang ada teenlit
oke bertema fantasi karya anak negeri
seperti ini… Tetapi
dalam novel ini setting lokasi (kota/negara) dan waktu tidak disebutkan secara
jelas, sehingga mungkin para pembaca hanya bisa menebak dimana kira-kira para
tokoh tersebut berada.
***
0 comments:
Posting Komentar